Asal-Usul Teh
Tanaman teh, Camellia sinensis, juga dikenal sebagai Thea sinensis
L., berasal dari Asia Tenggara tetapi saat ini sudah dibudidayakan di
lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Teh, ekstrak air dari daun teh
kering ini dikonsumsi di seluruh dunia, walaupun dalam jumlah yang
berbeda. Jumlah keseluruhan teh yang diproduksi dan dikonsumsi di dunia
ini adalah 78% teh hitam, 20% teh hijau, dan kurang dari 2% teh oolong.
Teh hitam paling banyak dikonsumsi di negara-negara barat dan beberapa
negara di Asia, sementara teh hijau dikonsumsi terutama di Jepang, Cina,
India, dan beberapa negara di Afrika Utara dan Timur Tengah. Teh oolong
diproduksi dan dikonsumsi terbatas hanya di Cina bagian tenggara dan
Taiwan.
Kandungan Teh
Komposisi
daun teh tergantung dari berbagai faktor, antara lain iklim, musim,
pembudidayaan, serta jenis dan usia tanaman. Teh hijau mengandung
senyawa polifenol yang terdiri dari flavanol, flavandiol, flavonoid, dan asam fenolik. Dalam teh hitam, polifenol terutama terdiri dari bisflavon, theflavin, dan therugubin
yang terbentuk dari katekin selama proses polimerasi. Theaflavins
terdiri dari theaflavin, theaflavin-3-gallate, dan
theafavin-3,3′-digallate, dan senyawa-senyawa ini berkontribusi dalam
pembentukan warna khas dan rasa dari teh hitam. Karena kandungan senyawa
yang berbeda, telah diasumsikan bahwa ada perbedaan signifikan
sifat-sifat antioksidan dari teh hijau dan teh hitam.
Khasiat Teh
Penelitian
laboratorium yang luas dan berbagai penemuan-penemuan epidemiologi 20
tahun terakhir melaporkan bahwa senyawa polifenol yang terdapat dalam
teh dapat mengurangi risiko berbagai penyakit. Terutama, katekin teh
hijau menunjukkan sifat farmakologi seperti antikanker/antikarsinogenik,
antioksidan, antiinflamasi, dan mampu mencegah penyakit jantung,
stroke, osteoporosis, penyakit liver, dan infeksi bakteri dan virus.
Meminum teh hijau akan berkontribusi dalam menjaga kadar katekin dalam
plasma yang memiliki sifat antioksidan untuk melawan perubahan
lipoprotein dalam sirkulasi darah. Semntara itu, epidemiologis Jepang
melaporkan bahwa pasien-pasien yang mengokonsumsi teh hijau tertinggi
(10 cangkir atau lebih per hari), menunjukkan penurunan risiko kanker
lambung.
Sumber: Coffee, Tea, Chocolate, and The Brain